Minggu, 26 Juli 2020

Profil Pondok Pesantren Tarbiyatul Muballighin

Pondok Pesantren Tarbiyatul Muballighin yang bertempat di Dusun Reksosari RT. 11, RW. 01 Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, Merupakan salah satu pondok pesantren yang berdiri di wilayah Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang pada tahun 1971. Seiring berjalannya waktu, minat warga untuk mengikuti pembelajaran di Ponpes Tarbiyatul Muballighin mengalami peningkatan.

 Nama                           : Pondok Pesantren Putra-Putri Tarbiyatul Muballighin
Alamat                          : Reksosari Suruh Kab. Semarang/ Jln Suruh – Karanggede km.1
Kode pos                       : 50776
Nomor telepon             : (029)317077
Luas                             : 1490 m2
Kelurahan                    : Reksosari
Kecamatan                   : Suruh
Kota                            : Kabupaten Semarang
Provinsi                       : Jawa Tengah

Visi       : Terwujudnya Manusia yang Muballigh,Sholeh, Sholihah,Berprestasi, Mandiri dan Berwawasan. Lingkungan

Misi     :

·         Menciptakan santri yang berkualitas dan bertaqwa kepada Allah SWT

·         Menciptakan Santri yang profesional dan handal baik dalam bidang agama maupun umum

·         Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat guna untuk menciptakn manusia yang sehat

·         Menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan sebagai tempat beribadah dan belajar

Sejarah Pondok Pesantren Tarbiyatul Muballighin

Pondok Pesantren Tarbiyatul Muballighin mulai didirikan pada Tahun 1971 oleh KH. Taufiqur Rohman. Bermula dari seorang teman beliau yang sangat berkeinginan untuk memondokkan putranya supaya mengaji kepada beliau bapak KH Taufiqurrochman. Awalnya beliau menolak karena memang belum ada tempat dan juga belum terfikirkan untuk mendirikan pesantren, namun temannya terus mendesak dan telah mempercayakan anaknya untuk belajar kepadanya. Akhirnya beliau menerima santri tersebut dan tidak dimintai biaya karena memang dia orang yang tidak mampu. Setelah beberapa tahun santrinya bertambah padahal saat itu belum ada tempat untuk mereka. Pondok Pesantren Tarbiyaul Muballihgin awalnya hanya menerima santri putra. Jumlah santri pada waktu itu sudah ada 26 anak, mereka tidur di rumah pak kiai yang sangat sederhana dalam 2 kamar.

Melihat keadaan tersebut santri mencoba untuk mencari biaya atau bantuan supaya bisa membangun mushola dan pondok pesantren. Akhirnya para santri bergotong royong bersama masyarakat  membangun mushola dari bambu dan pager ( kepang).  Waktu itu baru berhasil membangun mushola.

Pondok Pesantren Tarbiyatul Muballighin bekerja sama dengan pondok lain di sekitar yang sudah berdiri lebih dulu yaitu Pondok Perantren Darul Ulum yang merupakan pondok khusus al-Quran pada waktu itu. Adapun bentuk kerjasamanya dengan bergabung saat kegiatan mengaji. Para santri Pondok Pesantren Darul Ulum ikut mengaji kitab-kitab  di Ponpes Tarbiyatul Muballighin.

Seluruh kegiatan di Pondok pesantren Tarbiyatul muballighin dikerjakan secara bersama sama Bapak kiai dan juga santri, mulai dari kebersihan, memasak, dan juga kebutuhan lainnya. Karena pada waktu itu belum ada pembayaran administrasi pondok sementara gaji guru agama pada waktu itu masih sangat sedikit yaitu Rp.2000,00. Dan itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pondok. Sebagian santri juga ada yanng bekerja. Sementara masyarakatnya masih bernuansa kejaween waktu itu.

Setelah berjalan 10 tahun santrinya bertambah dan mulai  menerima santri putri juga. Hal ini membuat Pak Kyai sedikit bingung mencari biaya untuk menambah fasilitas terutama untuk tempat tinggal santri yang kini sudah bertambah santri putri juga. Karena gaji guru sudah naik Pak Kyai menyisihkan sebagian uangnya untuk pembangunan selain juga mencari dana. Ada beberapa relawan yang membantu merenovasi mushola dan membangun pondok pesantren.

Pada tahun 1980 Mushola telah berdiri. Adapun mushola tersebut selain digunakan untuk sholat juga digunakan untuk ngaji setiap Ba’da Ashar, Ba’da Maghrib, Ba’da Isya dan Ba’da Subuh, sedang kan Ba’da Dhuhur santri ikut diniyah di pondok lain.

Mushola yang ada berukuran 6 x 9 m, jika semua santri dan keluarga berjamaah. Tidak mampu menampungnya, sehingga butuh mushola yang baru dan mampu digunakan berjamaah seluruh santri dan keluarga. Disamping itu kekurangan ruang belajar yang memadai. Sebab yang ada hanya berukuran 2 x 3 m.

Tahun 2001, Pak Kyai H. Taufiqurrohman meninggal dunia dan digantikan oleh putranya Bapak Kyai Bahrurrozi at-taufiqi sampai saat ini. Pada saat di asuh oleh putranya tersebut sistem atau tata tertib banyak di ubah. Yang dulunya santri lebih bebas mau ngaji atau tidak, mau sholat jama’ah atau tidak itu terserah santrinya. Namun ketika diasuh bapak kiai Bahrurozi semuanya diwajibkan mengikuti sholat jama’ah dan mengaji kitab kuning. karena ketegasan beliau banyak santri yang keluar hingga tersisa 4 santri saja. Namun pembelajaran tetap berjalan seperti biasanya meskipun santrinya sangat sedikit. Pak Kyai dan Ibu Nyai pun terus berikhtiar dhohir batin melihat keadaan seperti itu.

Setelah berdirinya banyak sekolah di sekitar pesantren  seperti MAN 1 Semarang, SMP NU, dan  MTs NU, dan juga SMK NU, santri Pondok Pesantern Tarbiyatul Muballighin bertambah banyak baik putra maupun putri. Pembangunan pun makin bertambah karena banyak donatur dan alumni yang membantu pembangunan. Sampai saat ini jumlah santri putra putri sejumlah 120 orang.  Sistem pendidikannya pun mulai tertata rapi dan banyak mengalami kemajuan yang signifikan.

by.cengkeh

Profil Pondok Pesantren Tarbiyatul Muballighin

Pondok Pesantren Tarbiyatul Muballighin yang bertempat di Dusun Reksosari RT. 11, RW. 01 Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, ...